Saturday 5 May 2012

Haji – Hajj – Hujjah

Kajian lagi ngebahas mengenai zionologi. Musuhnya sang messiah. Ketika tiba di era Ibrahim, tepatnya saat nabi Ibrahim membagun Ka’bah, kajian menjadi seru begitu membahas makna haji yang sesungguhnya.

Kebanyakan kita memahami haji sebagai ibadah individu yag penuh ritual ina ini itu. Punya duit – daftar haji – bernagkat – jalanin ritual – pulang dengan gelar haji atau hajjah. Parahnya lagi, sekarang malah haji sudah seperti tamasya. Pilih ONH plus biar dekat dengan Masjidil Haram dan cepat menyambut waktu shalat; atau ONH biasa yang jaraknya beberapa kilometer dari Masjidil Haram. Nyatanya, pemahaman haji macam ini adalah salah besar. Kaget? nggak juga. Tapi apa ya makna haji sesungguhnya? bingung kan?…

Dari kebiasaan pemahaman dimana haji adalah ibadah invidu, sejatinya haji merupakan ibadah kelompok. Lebih jauh lagi, haji merupakan gerakan politik, ibadah politik. Ibadah haji sudah ada sejak jaman nabi Ibrahim, dan inti dari haji tersebut adalah pemeliharaan hujjah atas kepatuhan umat pada perintah Allah. Perintah Allah yang mana? Perintah Allah mengenai institusi kenabian atau imamah. Siapa bilang kalo sudah naik haji masuk surga? Allah tidak butuh ritual sebagai jaminan umatnya akan masuk surga. Maksudnya, pada musim haji seluruh umat di dunia berkumpul pada porosnya untuk bersama sama meningkatkan pengetahuan mengenai langkah-langkah yang telah ditempuh (perkembangan) zionis dan memikirkan jalan keluarnya bersama-sama. Perang terhadap zionis sudah dilakukan sejak jaman nabi Idris, dan tidak akan berakhir sebelum Imam Mahdi membereskan segala perkara. Zionisme sendiri intinya mengingkari konsep kenabian – pemerintahan Allah dimana Allah menjadikan nabi dan imam sebagai pemimpin di dunia ini. Sehingga haji, merupakan bukti penjagaan hujjah ummatnya atas janji kepatuhan terhadap perintah Allah tersebut.

Maka menjadi jelas mengapa sebelum imam Hussain berperang di Karbala pd bulan Muharram, saat musim haji tahun itu beliau beranjak ke Mekkah mencari mereka yang siap berperang atau bergabung dengan pasukannya. Inilah dia makna berhaji, berasal dari kata hujjah, Beliau menagih janji ummat untuk bergabung dengan pasukannya demi membela imamah, menegakkan pemerintahan Allah yang sudah sedemikian rupa dilecehkan dan di ambang kemusnahan. Nyatanya? tidak banyak yang bergabung. Sebagian besar memilih untuk tetap menjalankan ibadah haji tanpa mengindahkan ajakan putera Rasulullah SAW, sayyidina Hussain bin Ali bin Abi Thallib.  Bayangkan, ajakan putera Rasulullah SAW bisa diabaikan hingga beliau mengorbankan dirinya bukan untuk mencari titel, harta, atau jabatan; melainkan untuk semata-mata menegakkan kembali ajaran Allah. Harus dengan tragedi Karbala baru mata manusia akan terbuka dan kembali menjadi jelas mana yang benar dan mana yang bathil. Kurang jauh apalagi kita dari memahami makna haji yang sesungguhnya????

Bahasan singkat tersebut membuka mata untuk memahami lebih jauh intisari ibadah haji sesungguhnya. Jauh dari urusan kesiapan materi, kesiapan fisik, kelancaran melafalkan doa dan dzikir, nyatanya ibadah haji adalah pembuktian atas kesetiaan kita memegang janji untuk mematuhi ajaran Allah, menerima konsep kenabian, imamah. Perlu diingat bahwa imam Mahdi senantiasa berada di Mekkah pada musim haji menanti umatnya yang dengan tulus memenuhi janji kepatuhannya terhadap institusi kenabian – imamah dimana beliaulah yang sesungguhnya berhak sebagai pemimpin di muka bumi.

Ya Mahdi, ya Mahdi, ya Mahdi..Jadikanlah kami salah satu diantara mereka yang memenuhi janjinya.

Allahumma shalli alaa Muhammad, wa aali Muhammad….3x

No comments:

Post a Comment