Kajian lagi ngebahas mengenai zionologi. Musuhnya sang messiah.
Ketika tiba di era Ibrahim, tepatnya saat nabi Ibrahim membagun Ka’bah,
kajian menjadi seru begitu membahas makna haji yang sesungguhnya.
Kebanyakan kita memahami haji sebagai ibadah individu yag penuh
ritual ina ini itu. Punya duit – daftar haji – bernagkat – jalanin
ritual – pulang dengan gelar haji atau hajjah. Parahnya lagi, sekarang
malah haji sudah seperti tamasya. Pilih ONH plus biar dekat dengan
Masjidil Haram dan cepat menyambut waktu shalat; atau ONH biasa yang
jaraknya beberapa kilometer dari Masjidil Haram. Nyatanya, pemahaman
haji macam ini adalah salah besar. Kaget? nggak juga. Tapi apa ya makna
haji sesungguhnya? bingung kan?…
Dari kebiasaan pemahaman dimana haji adalah ibadah invidu, sejatinya
haji merupakan ibadah kelompok. Lebih jauh lagi, haji merupakan gerakan
politik, ibadah politik. Ibadah haji sudah ada sejak jaman nabi Ibrahim,
dan inti dari haji tersebut adalah pemeliharaan hujjah atas kepatuhan
umat pada perintah Allah. Perintah Allah yang mana? Perintah Allah
mengenai institusi kenabian atau imamah. Siapa bilang kalo sudah naik
haji masuk surga? Allah tidak butuh ritual sebagai jaminan umatnya akan
masuk surga. Maksudnya, pada musim haji seluruh umat di dunia berkumpul
pada porosnya untuk bersama sama meningkatkan pengetahuan mengenai
langkah-langkah yang telah ditempuh (perkembangan) zionis dan memikirkan
jalan keluarnya bersama-sama. Perang terhadap zionis sudah dilakukan
sejak jaman nabi Idris, dan tidak akan berakhir sebelum Imam Mahdi
membereskan segala perkara. Zionisme sendiri intinya mengingkari konsep
kenabian – pemerintahan Allah dimana Allah menjadikan nabi dan imam
sebagai pemimpin di dunia ini. Sehingga haji, merupakan bukti penjagaan
hujjah ummatnya atas janji kepatuhan terhadap perintah Allah tersebut.
Maka menjadi jelas mengapa sebelum imam Hussain berperang di Karbala
pd bulan Muharram, saat musim haji tahun itu beliau beranjak ke Mekkah
mencari mereka yang siap berperang atau bergabung dengan pasukannya.
Inilah dia makna berhaji, berasal dari kata hujjah, Beliau menagih janji
ummat untuk bergabung dengan pasukannya demi membela imamah, menegakkan
pemerintahan Allah yang sudah sedemikian rupa dilecehkan dan di ambang
kemusnahan. Nyatanya? tidak banyak yang bergabung. Sebagian besar
memilih untuk tetap menjalankan ibadah haji tanpa mengindahkan ajakan
putera Rasulullah SAW, sayyidina Hussain bin Ali bin Abi Thallib.
Bayangkan, ajakan putera Rasulullah SAW bisa diabaikan hingga beliau
mengorbankan dirinya bukan untuk mencari titel, harta, atau jabatan;
melainkan untuk semata-mata menegakkan kembali ajaran Allah. Harus
dengan tragedi Karbala baru mata manusia akan terbuka dan kembali
menjadi jelas mana yang benar dan mana yang bathil. Kurang jauh apalagi
kita dari memahami makna haji yang sesungguhnya????
Bahasan singkat tersebut membuka mata untuk memahami lebih jauh
intisari ibadah haji sesungguhnya. Jauh dari urusan kesiapan materi,
kesiapan fisik, kelancaran melafalkan doa dan dzikir, nyatanya ibadah
haji adalah pembuktian atas kesetiaan kita memegang janji untuk mematuhi
ajaran Allah, menerima konsep kenabian, imamah. Perlu diingat bahwa
imam Mahdi senantiasa berada di Mekkah pada musim haji menanti umatnya
yang dengan tulus memenuhi janji kepatuhannya terhadap institusi
kenabian – imamah dimana beliaulah yang sesungguhnya berhak sebagai
pemimpin di muka bumi.
Ya Mahdi, ya Mahdi, ya Mahdi..Jadikanlah kami salah satu diantara mereka yang memenuhi janjinya.
Allahumma shalli alaa Muhammad, wa aali Muhammad….3x
No comments:
Post a Comment